Prinsip rehabilitasi medis pasca-stroke:
Ditulis Oleh:
Dr. Julius Aliwanga, Sp.KFR. Tim Dokte Spesialis Rehabilitasi Medic Eka Hospital BSD
Dr. Luky Thiehunan, Sp.Kj. Tim Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Eka Hospital Pekanbaru
Eka Hospital http://www.ekahospital.com/
Sebagian besar pasien stroke harus menjalani rehabilitasi medic segera setelah melewati masa emergensi, sebelum masuk ke ruang perawatan. Mengapa demikian? Karena saraf tidak mudah penyembuhannya, meski tubuh memikili kemampuan untuk sembuh sendiri.
Rehabilitasi medic sangat di perlukan untuk mempertahankan lingkup gerak sendi, karna biasanya pasien stroke akan mengalami gangguan motoric, sehingga dalam waktu seminggu saja pasien akan menjadi tidak lentur seperti semula, karena gerak sendinya kurang. “Tujuan rehabilitasi medic pasca-stroke adalah mengembalikan kondisi dan kemampuan pasien sampai seoptimal mungkin". Jika rehabilitasi medic tidak dijalankan secara teratur, kemungkinan terburuk yang dapat terjadi adalah pasien mengalami kondisi tubuh yang buruk dan tidak terawat.
Pasien tidak mampu untuk buang air pada tempatya sehingga dapat terjadi spontan di tempat tidur, terdapat banyak luka di badan, atau postur badan meringkuk seperti bayi serta mengalami kontraktur dan kaku. Biasanya pasien juga mengalami gangguan bicara. Jika kondisi ini di biarkan dan pasien tidak menjalani rehabilitasi medic, maka lama-kelamaan pasien mengalami kekurangan gizi, karena tidak dapat bicara untuk meminta minum atau makan. Pasien akan minum atau makan jika orang yang merawatnya ingat. Keadaan seperti itu tentu akan memperparah kondisi kesehatan pasien.
Rehabilitasi medic pasca-serangan stroke harus dijalankan dengan konsisten dan tekun. Lamanya rehabiltasi medic sangat ditentukan oleh upaya serta konsistensi pasien dan keluarga dalam menjalankannya. Terlebih jika pasien stroke mengalami komplikasi penyakit. Bila kondisi paisen sudah stabil, tekanan darah telah terkontrol, tidak ada komplikasi penyakit, tidak ada radang paru-paru, maka pasien boleh pulang dan rehabilitasi dapat dilakukan dirumah. Tentunya rehabilitasi dapat dilakukan secara konsisten pada saat pasien sudah diperbolehkan pulang. Tujuannya adalah untuk membantu mengembailkan kelenturan sisa-sisa otot yang masih kaku (spastisitas), sehingga pasien dapat kembali beraktifitas secara normal.
Setelah di perbolehkan pulang, pasien stroke tetap harus menjalani rehabilitasi mediks di rumah sakit. Awalnya mungkin tiga kali seminggu, kemudian berkurang hingga seminggu sekali, dan lama-lama dapat dilakukan sendiri di rumah. Meski demikian, perlu di ingat bahwa tidak semua pasien stroke dapat smbuh seperti semula meskipun sudah menjalani rehabilitasi medik secara teratur. Penyebab atau jenis stroke yang diderita, beratnya kerusakan yang terjadi, motivasi dari diri sendiri, dan dukungan dari lingkungan, berkontribusi besar dalam pemulihan pasien pasca-stroke.
Ditulis Oleh:
Dr. Julius Aliwanga, Sp.KFR. Tim Dokte Spesialis Rehabilitasi Medic Eka Hospital BSD
Dr. Luky Thiehunan, Sp.Kj. Tim Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Eka Hospital Pekanbaru
Eka Hospital http://www.ekahospital.com/
Risiko Obesitas
Banyak sekali risiko gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada anak atau remaja yang mengalami obesitas. Anak dengan obesitas dapat mengalami masalah dengan sistem jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) yaitu hipertensi dan dislipidemia (kelainan pada kolesterol).
Si anak bisa juga mengalami gangguan fungsi hati dimana terjadi peningkatan SGOT dan SGPT serta hati yang membesar. Bisa juga terbentuk batu empedu dan penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Pada sistem pernapasan dapat terjadi gangguan fungsi paru, mengorok saat tidur, dan sering mengalami tersumbatnya jalan nafas (obstructive sleep apnea). Hal tersebut akan membuat si anak kurang konsentrasi dalam menangkap pelajarannya karena mengantuk dan nantinya dikhawatirkan bisa mempengaruhi prestasinya di sekolah.
Obesitas juga bisa mempengaruhi kesehatan kulit dimana dapat terjadi striae atau garis-garis putih terutama di daerah perut (white/purple stripes ). Selain itu, gangguan psikologis juga dapat terjadi pada anak dengan obesitas. Badan yang terlalu gemuk sering membuat si anak sering diejek oleh teman-temannya. Sehingga memiliki dampak yang kurang baik pada perkembangan psikologis anak.
Mengatasi Obesitas
Obesitas dapat dicegah. Anak harus memiliki pola makan sehat, khususnya untuk anak-anak yang memiliki risiko obesitas. Jangan memberi anak makanan yang tinggi kalori, makanan berlemak harus dibatasi, begitu juga dengan makanan yang manis. Sementara itu makanan yang mengandung serat harus ditingkatkan. Pada anak dengan obesitas asupan kalori harus dikurangi 200-500 kilokalori per hari dari biasanya. Komposisi diet yang baik yaitu 50% karbohidrat, 30% lemak, dan 20% protein.
“Jangan terlalu sering makan junk food, karena kandungan lemaknya tinggi,” Kalau anak sudah berusia 2 tahun lebih dan sudah terlihat memiliki risiko gemuk, mereka sudah boleh diberi susu skim. Satu hal yang penting, jangan biasakan juga memberi iming-iming atau hadiah berupa makanan, karena akan membentuk pola pikir anak bahwa makanan adalah hal yang harus diidam-idamkan. Hal penting lainnya yaitu orangtua juga harus mengajak anak melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga bersama setiap akhir pekan.
Pada anak dengan obesitas, pemberian obat-obatan sampai saat ini belum dianjurkan. Tetapi untuk kasus yang jarang sekitar 5% kelainan medis kasus obesitas bisa dilakukan operasi untuk mengurangi penyerapan kalori dan nutrisi yang dikenal dengan operasi jejunoileal by pass.
Jadi mulai sekarang, ubahlah pola pikir Anda yang berorientasi pada gemuk itu sehat. Lebih baik memiliki berat badan ideal daripada gemuk menggemaskan tetapi ternyata merupakan sumber penyakit bagi anak kita tercinta. Mengingat penanganan anak dengan obesitas tidaklah mudah, maka sebaiknya lakukanlah langkah antisipasi supaya tidak terjadi obesitas pada anak Anda!
Ditulis Oleh:
dr. Pingkan Pililingan, SpA. EKA HOSPITAL BSD
Eka Hospital http://www.ekahospital.com/